Diciptakan dan dilaksanakan oleh Bhabatosh Sutar, penggambaran tersebut mengambil referensi dari novel ‘Train to Pakistan’ karya Khushwant Singh dan ‘Neelkantho Pakhir Khoje’ karya Atin Bandyopadhyay.
Orang-orang memeriksa nama mereka pada rancangan akhir Daftar Warga Negara Nasional setelah dirilis di Nagaon Assam (File foto | PTI)
KOLKATA: Berbagai penyelenggara Durga Puja di Kolkata telah membuat tenda dan patung bertema isu-isu seperti agitasi petani, Daftar Warga Negara Nasional (NRC) dan pembagian India.
Naktala Udayan Sangha, salah satu klub terkemuka, memfokuskan pandalnya pada migrasi pengungsi dengan kereta api.
“Kami membuat ulang kereta yang membawa pengungsi dari Pakistan untuk menunjukkan penderitaan para pengungsi,” kata juru bicara Naktala Udayan Sangha, Samrat Nandi, kepada PTI.
Diciptakan dan dilaksanakan oleh Bhabatosh Sutar, penggambaran tersebut mengambil referensi dari novel ‘Train to Pakistan’ karya Khushwant Singh dan ‘Neelkantho Pakhir Khoje’ karya Atin Bandyopadhyay.
Klub Barisha di Behala memfokuskan pujanya pada NRC, menyoroti penderitaan para pengungsi.
Berjudul ‘Bhager Maa’ (ibu yang terbagi), patung dewi yang merenung melambangkan penderitaan ratusan ibu yang harus meninggalkan rumah mereka dan menuju ketidakpastian.
Namun, ia terlihat memegang berhala Durga, melambangkan tekadnya untuk melanjutkan puja yang biasa dirayakan dengan meriah di rumah leluhurnya.
Tenda ini dibagi menjadi dua bagian – India dan Bangladesh.
Sang ibu dan anak-anaknya menunggu di tanah tak bertuan, di dalam kandang bersama anak-anak dan harta bendanya.
Rintu Das, yang mengkonsep tema tersebut, mengatakan kepada wartawan, “Hari-hari pemisahan kembali menghantui kita karena ada pembicaraan tentang pemulangan orang-orang yang telah menjadikan negara ini sebagai rumah mereka selama berabad-abad.
Semoga sejarah tidak terulang kembali.
Penyelenggara puja Klub Cakra Bharat Taman Dumdum menggambarkan kegelisahan para petani dan menempatkan replika traktor di jalan menuju pandal.
Traktor itu memiliki dua sayap dengan nama petani yang tewas dalam kerusuhan tertulis di atasnya.
Puja tersebut juga menuai kontroversi terkait penggunaan ratusan sepatu yang menggambarkan aksi polisi terhadap para petani yang melakukan kerusuhan saat harus berlarian.
BJP menuduh penyelenggara menyakiti sentimen keagamaan dan menuntut segera dikeluarkannya sepatu tersebut dari pandal.