“Belum ada satu pun pelaku yang dihukum. Juga tidak ada pengadilan,” kata Dipan Mitra, sekretaris cabang Federasi Hindu Dunia di Bangladesh.
Federasi Hindu Dunia dan beberapa kelompok agama minoritas lainnya melancarkan protes di Paris pada 13 Juli. (Foto | Pengaturan Khusus)
GUWAHATI: Suara-suara kekejaman terhadap agama minoritas di Bangladesh terdengar keras tidak hanya di Dhaka tetapi juga jauh dari Paris.
Federasi Hindu Dunia dan beberapa organisasi agama minoritas lainnya mengadakan demonstrasi protes di Paris pada tanggal 13 Juli untuk mencoba menarik perhatian komunitas internasional terhadap insiden tersebut.
Mereka menyatakan bahwa 79 umat Hindu dibunuh, 77 umat Hindu diculik dan 95 umat Hindu dipaksa masuk Islam dalam enam bulan terakhir di Bangladesh.
Dipan Mitra, sekretaris jenderal Federasi Hindu Dunia di Bangladesh, mengklaim bahwa guru Hindu termasuk di antara sasarannya.
“Ada beberapa insiden dimana guru-guru Hindu diancam, disiksa, dipermalukan di depan umum, ditangkap dan dibunuh oleh kelompok fundamentalis Islam,” kata Mitra. Ahli India Baru Senin di telepon dari Paris.
BACA JUGA | Komisi Hak Asasi Manusia Bangladesh mengutuk serangan terhadap umat Hindu dan meminta penyelidikan
“Sembilan guru telah dikirim ke penjara dalam satu tahun terakhir. Salah satunya dipukuli sampai mati dengan tongkat kriket. Dua di antaranya diberi sepatu di depan umum dan dipermalukan. Dalam semua kasus ini, para korban dituduh melakukan penodaan agama,” tambahnya.
Pemimpin Federasi Hindu Dunia mengatakan dalam insiden terbaru tiga hari lalu bahwa para penjahat merusak sebuah kuil, toko-toko, dan rumah-rumah umat Hindu di desa Sahapara di distrik Narail. Dia mengatakan serangan itu dilakukan atas postingan Facebook yang diduga menyinggung.
“Belum ada satu pun pelaku yang dihukum. Juga tidak ada pengadilan meskipun terdapat banyak insiden kekejaman terhadap umat Hindu, Buddha, dan etnis minoritas di Bangladesh,” keluh Mitra.
Organisasi agama minoritas menuntut tindakan terhadap semua pelaku dan memperingatkan agar protes tidak semakin intensif.
“Kami telah lama mengadakan protes di berbagai wilayah di Bangladesh yang menuntut diakhirinya insiden dan tindakan terhadap pelakunya. Namun pemerintah tidak terpengaruh. Jadi, kami memutuskan untuk mengadakan protes di Paris agar masyarakat internasional mengetahui apa yang terjadi di Bangladesh,” kata Mitra.
Ekspatriat asal Bangladesh – baik Hindu maupun Muslim – termasuk di antara mereka yang ambil bagian dalam protes tersebut. Para pembicara mengutuk dugaan serangan tersebut. Dr Philippe Benoit, Kepala Departemen Bangla, Universitas Inalco, Paris menyatakan solidaritasnya dengan para pengunjuk rasa, kata Mitra.